Selasa, 25 Maret 2008

MY SON,SULTAN


Monday morning Sultan sudah teriak heboh, tapi emang dasarnya anakku yang nomer 2 ini Ekspresif sekali, sakit sedikit teriakannya terdengar dari teras depan sampai teras balakang rumah. Uminya yang lagi mandi, bersiap-siap mau ngantor di break dulu deh, cek dulu apa kejadiannya. Ternyata gigi susu Sultan bergelantungan tinggal mau lepas aja. Yo wes ... pagi-pagi sudah praktek jadi dokter gigi, ambil kapas n batu es …cabuuut. Alhamdulillah, lancar si gigi tercabut dengan gampangnya.

Ya itulah gunanya Ibu, Umi, Mama, Mami, Emak etc..
Tempat berkeluh kesah n mengadunya anak. Doaku selalu… panjangkan umurku sampai anakku mandiri and jadi orang.

Sultan dirumah selalu minta ekstra perhatian, apa karena dia lama baru punya adik ya (6 tahunan). Dalam hal belajar maupun yang lain. Kadang itu jadi penyebab pertengkaran dengan suami lo. Aku tanya temen-temenku dikantor yang usianya lebih senior dan anak-anaknya juga sudah lebih besar, mereka bilang biasa itu dinamika dalam mendidik anak ya disertai dengan pertengkaran2 kecil dengan misua karena beda pendapat dan prinsip.
Apapun sifat, bawaan dan kondisi anak, kita harus menerima dengan lapang dada, Anak adalah titipan Tuhan. Aku pernah ikut seminar, nara sumbernya bilang…"Kita kalau dititipin anak tetangga aja gak berani nyubit, eh anak kita yang dititipin oleh Sang Pencipta semena-mena kita perlakukan , gak takut dosa apa?" Setelah jadi Ortu baru tahu ya ternyata tugas sebagai orang tua berat.

Aku jadi inget Puisi Kahlil Gibran
………………..
Anakmu bukan milikmu.
Mereka putera-puteri Sang Hidup, yang rindu pada diri sendiri.
Lewat engkau meraka lahir, namun tidak dari engkau,
Mereka ada padamu, tapi bukan hakmu.
Berikan mereka kasih sayangmu, tapi jangan sodorkan bentuk pikiranmu,
Sebab pada mereka ada alam pikiran tersendiri.
Patut kauberikan rumah untuk raganya, tapi tidak untuk jiwanya,
Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan,
Yang tiada dapat kaukunjungi, sekalipun dalam impian.
Kau boleh berusaha menyerupai mereka,
Namun jangan membuat mereka menyerupaimu.
Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,
Pun tidak tenggelam dimasa lampau.
Kaulah busur, dan anak-anakmulah anak panah yang meluncur.

Sang Pemanah maha tahu sasaran bidikan keabadian.
Dia merentangmu dengan kekuasaan-Nya,
Hingga anak panah itu melesat, jauh serta cepat.
Meliuklah dengan sukacita dalam rentangan tangan Sang Pemanah
Sebab dia mengasihi anak panah yang melesat laksana kilat.
Sebagaimana pula dikasihi-Nya busur yang mantap.


Semoga kita para orang tua bisa jadi Busur yang Mantap ya!

1 komentar:

mama icel mengatakan...

jadi ortu harus profesional juga gak berani marah dg anak orang jangan juga berani marah ke anak sendiri..tapi kadang memang sulit karena kita terlanjur dekat dg anak kita..